Monday, 17 May 2021

Angan Menjadi Seorang Penulis

0 komentar


 

Ketika diri asik menggambarkan angan di serambi masjid. Saat itu pula diri ini menikmati semriwing angin yang berhembus kencang. Tiba-tiba angan yang semula tidak jelas hayalnya, sontak membayangkan masa ketika saya duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Kala itu. Ajakan sang guru Bahasa Indonesia untuk menjadi seorang penulis. Dengan pengetahuan yang terbatas. Dengan fikiran yang hanya memikirkan untuk menonton film kartun saat liburan. Rasanya tidak mungkin aku bisa menjadi seorang penulis.

Melihat begitu berantakannya gaya tulisanku di buku tulis yang kupunya.  Beberapa buku tulisku penuh dengan coretan huruf dan angka yang tidak sedap dipandang.

Sempat tercetus pula ucapan dari sang guru bahwa, tulisan saya sangat bagus. “Bagaikan cacing kepanasan”. Sedih bukan! Namun berjalannya waktu. Usia yang selalu bertambah angka. Ternyata hal bodoh yang sempat terfikir jika ternyata menjadi seorang penulis itu menulis menggunakan alat. Bukan tulisan tangan.

Clear.. sudah..

Ternyata anak yang tulisannya bagaikan cacing kepanasan pun sangat dan sangat bisa menjadi seorang penulis. Di era yang modern ini, mustahil orang tidak bisa menulis. Melihat anak SD saja sudah pada pegang hand phone. Bahkan merekan mempunyai akun media sosial yang juga dimiliki kakak, dan orang tua mereka.

Bersambung....


0 komentar:

Post a Comment