Kegiatan Belajar 1
Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA
Pendidikan IPA bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta sikap ilmiah yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitarnya. Dengan pemberian pengalaman langsung untuk mencari tahu melalui kegiatan observasi atau eksperimen yang dibuktikan secara empiris.Pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran sangatlah penting bagi seorang guru, karena dengan kemampuan tersebut dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran.
1.1. Pengertian Dan Prinsip Pemilihan Pendekatan
Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang memakai kacamata dengan warna tertentu pada saat memandang alam sekitar. Pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filosofi, dan keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian asumsi.
Peranan pendekatan adalah menyesuaikan komponen input, output, produk, dan outcomes pendidikan dengan bahan kajian yang akan disajikan, sehingga pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, menumbuhkan rasa ingin tahu, memberikan penghargaan, serta bermakna bagi hidup baik untuk sekarang maupun yang akan datang.
Tujuan pendekatan adalah menggiring persepsi dan atau proses pengkajian dengan suatu terminologi sehingga diperoleh pembentukan perilaku yang diharapkan. Prinsip pemilihan pendekatan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait antara lain adalah tujuan pendidikan dan pembelajaran, kurikulum, kemapuan siswa, psikologi belajar, dan sumber daya.
1.2. Jenis Pendekatan
1.2.1. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akaan menarik siswa, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan. Sehingga dapat dikatakan lingkungan yang ada di sekitar merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Penggunaaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya sehingga dapat memecahkan masalah lingkungan, dan menanamkan sikap cinta lingkungan.
1.2.2. Pendekatan Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat
Pendekatan sains teknologi masyarakat merupakan pendekatan pembelajaran yang pada dasarnya membahas penerapan sains dan teknologi dalam konteks kehidupan manusia sehari-hari. Dengan pendekatan ini siswa dikondisikan diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya produk teknologi. Dengan demikian dapat menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat untuk menanamkan pemahaman konsep dan pengembangannya untuk kemaslahatan masyarakat.
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belaajr, apabila terjadi prsoes perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
1.2.3. Pendekatan Faktual
Pendekatan faktual adalah suatu cara mengajar dengan menyampaikan hasil-hasil penemuan IPA kepada siswa, dimana pada akhir suatu intruksional siswa akan memperoleh informasi tentang hal-hal penting.Terkadang menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran tentang sifat IPA sendiri. Biasanya, siswa tidak dapat mengingat tentang fakta dalam waktu lama karena tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh.
1.2.4. Pendekatan Konseptual
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam defenisi sehingga menjadi pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret, berkembang menjadi simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa ucapan atau tulisan yang mengandung konsep yang lebih kompleks. Konsep yang kompleks memerlukan permunculan berulang kali dalam satu pertemuan dalam kelas, didukung media atau sarana yang tepat. Contoh : Kalau pengajar menjelaskan konsep “mata”, maka pembelajar dapat memperlihatkan mata mereka secara konkret. Pengajar bertanya, “ Dimana matamu ?, Apa gunanya mata ?, Berapa matamu ? “. Dan pertanyaan-pertanyaan ini pembelajar dapat menghubungkan benda konkret dengan fungsinya dan kegiatannya. Semua ini memunculkan pengalaman baru. Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu diperhatikan dari beberapa hal, antara lain:
- Memperkenalkan benda-benda yang semula tak bernama menjadi bernama.
- emperkenalkan unsur benda, sehingga memberi kemungkinan unsur lain. Contoh : Bunga-berbau (harum/tak harum), Berwarna (bermacam-macam), Berdaun (kecil, besar), Berduri (lunak, keras).
- Menunjukkan ciri-ciri khusus pada benda yang diperlihatkan.
- Menunjukkan persetujuan dengan membandingkan contoh dan bukan contoh..
1.2.5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan tang digunakan dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang actual menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki dengan memperhatika prosedur pemecaha yang sistematis.
Alasan menggunakan pendekatan ini, yaitu: 1. Pendekatan ini terpusat pada masalah.2. Pendekatan ini singkat.3. Pendekatan ini inovatif.4. Pendekatan ini bersifat mengarahkan.5. Pendekatan ini lebih sistematis.6. Pendekatan ini terpusat pada pribadi.7. Pendekatan ini memiliki ukuran.
1.2.6. Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengerjakan IPA dengan menggunakan pandangan suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait dengan kepercayaan/ agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya suatu negara/ daerah. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk IPA serta prilaku yang diharapkan yang terkait produk dan prose tsb, namun tidak secara langsung tentang proses bagaimana produk tsb dihasilkan.
1.2.7. Pendekatan Inkuiri
Adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan. Arti inkuiri adalah proses penemuan dan penyelidikan masalah-masalah, menyusun hipotesa, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang hasil pemecahan masalah. Sehingga anak untuk melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.
Adapun tujuan pendekatan inkuiri yaitu:
· Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
· Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
· Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tiada habisnya.
· Memberi pengalaman belajar seumur hidup
Alasan penggunaan pendekatan inkuiri, yaitu:
1)Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.
2)Belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah tetapi juga lingkungan sekitar.
3)Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya.
4)Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.
Secara operasional pendekatan inkuiri mempunyai karakteristik:
a. Diawali dengan pengamatan dan berkembang untuk memahami konsep atau fenomena.
b. Membuat pertanyaan atau menentukan masalah dari hasil pengamatan.
c. Suatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu dapat dipecahkan oleh murid.
d. Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan”mengapa”, ”bagaimana kita mengetahui”, dan ”betulkah kesimpulan ini”?
e. Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dulu dan tidak ada dalam buku pelajaran. Buku-buku petunjuk yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan saran. Saran untuk menentukan jawaban bukan memberi jawaban.
f. Murid-murid bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.
g. Murid-murid mengusulkan cara-cara pengumpulan data, melakukan eksperimen, melakukan pengamatan, membaca, dan menggunakan sumber-sumber lain.
h. Semua usul dinilai bersama, bila mungkin ditentukan asumsi-asumsi, keterlibatan, dan kesulitan-kesulitan.
i. Murid-murid melakukan penelitian secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesa.
j. Murid mengolah data, membuat kesimpulan, memberikan penjelasan.
k. Mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis.
1.2.8. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan IPTEK.
Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan sains yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya.
Menurut (Semiawan, 2002), terdapat sepuluh keterampilan proses yaitu :
· Kemampuan mengamati, merupakan salah satu keterampilan dengan memanfaatkan seluruh panca indera yang mungkin biasa digunakan untuk memperhatikan hal yang diamati, memilah-milah bagiannya berdasarkan kriteria tertentu, juga berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.
· Kemampuan menghitung,.
· Kemampuan mengukur.
· Kemampuan mengklasifikasi merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta, informasi, dan gagasan.
· Kemampuan menemukan hubungan. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah: fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kesemuanya merupakan variabel untuk menentukan hubungan antara sikap dan tindakan yang sesuai.
· Kemampuan Membuat Prediksi (Ramalan). Kemampuan membuat ramalan atau perkiraan yang di dasari penalaran baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori penelitian, kemampuan membuat ramalan ini disebut juga kemampuan menyusun hipotesis. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu..
· Kemampuan Melaksanakan Penelitian (Percobaan). penelitian (percobaan) merupakan kegiatan penyelidikan untuk menguji gagasan-gagasan melalui kegiatan eksperimen praktis.
· Kemampuan Mengumpulkan dan Menganalisis Data. siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif.
· Kemampuan menginterpretasikan data. siswa perlu menginterpretasikan hasil yang diperoleh karena kemampuan mengkomunikasikan hasil.
1.2.9. pendekatan Sejarah
Adalah cara mengajarkan IPA dengan menyajikan berbagai penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA tentang perkembangan temuan-temuan tsb dikaikan dengan ilmu IPA sendiri. Dengan menggunakan metode membaca buku atau menjelaskan.
Kegiatan Belajar 2
Penerapan Pendekatan dalam Pembelajaran IPA
2.1. Pendekatan Lingkungan
Pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran mempunyai keuntungan praktis dan ekonomis. Keuntungan praktis karena mudah diperoleh, sedangkan keuntungan ekonomis karena murah dan dapat dijangkau oleh seluruh siswa. Dengan memanfaatkan lingkungan sekaligus juga memanfaatkan kepedulian siswa untuk mencintai lingkungan belajarnya. Hal ini akan lebih terasa bermakna, bermanfaat dan langsung dapat dirasakan oleh siswa.
Ada beberapa cara teknik atau cara mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar, yaitu: Survey, Camping / berkemah, Field Trip / karya wisata. Pendekatan lingkungan adalah pendekatan yang berorientasi pada alam bebas dan nyata,S. Misalnya; Praktik Lapangan, Mengundang nara sumber, Proyek Pelayanan, dan Pengabdian kepada masyarakat.
Kelebihan mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar, yaitu :
a. Lebih menarik dan tidak membosankan
b. Hakikat belajar akan lebih bermakna
c. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat
d. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif
e. Sumber belajar menjadi lebih kaya
f. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.
Kekurangan mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar, yaitu :
a. Volume dan kekuatan suara harus lebih besar, agar dapat ditangkap oleh audiens.
b. Guru/dosen harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memusatkan perhatian audiens.
c. Model pembelajaran harus dibuat menarik, variatif
d. Sangat tergantung cuaca
e. konsentrasi audiens kurang
2.2. Pendekatan Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat
beberapa penerapan dalam kegiatan pembelajaran:
a. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori.
b. Pengalaman intelektual, emosional dan fisik
Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip sangat dibutuhkan.
c. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses dan memperoleh kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 135 – 138).
Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat macam penerapan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran yaitu:
1. Menyadari hubungan yang kompleks antara ilmu, teknologi dan masyarakat
2. Mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai akibat perkembangan IPTEK serta dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.
3. Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan teknologi dala masyarakat khususnya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti lingkungan, energi, kependudukan, bio genetika, teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.
4. Secara realistik dapat memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi positif dan negatifnya.
Menurut Wahyudi, dkk dalam Munawarah (2004 : 7) ada beberapa keunggulan yang dapat diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:
a. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi tujuan
Meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan, di samping keterampilan proses.
Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menekankan sains dalam keterpaduan dan antara bidang studi.
b. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi pembelajaran
Menekankan keberhasilan siswa
Menggunakan berbagai strategi
Menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai sumber informasi.
c. Keunggulan pendekatan STM ditinjau dari segi evaluasi
Ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar
Perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga diperhatikan.
Kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi.
Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam membantu siswa.
Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), yaitu:
Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah atau isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.
Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap materi yang dikaji (www.dunia guru com.)
Aisyah (2007), mengemukakan empat hambatan pembelajaran dengan pendekatan STM, yaitu waktu, biaya, kompetensi guru, dan komunikasi dengan stakeholder (orang tua, masyarakat, dan birokrat). hambatan lain dalam penerapan pendekatan ini adalah siswa belum terbiasa untuk berpikir kritis dan belajar mengambil pengalaman di lapangan, sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketekunan guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa dalam pembelajaran
2.3. Pendekatan Faktual
Pembelajaran dilakukan dengan menyodorkan fakta-fakta hasil penemuan IPA dengan harapan siswa dapat memperoleh informasi tersebut. Metodenya antara lain adalah dengan membaca, menyampaikan pendapat ahli dari buku, demonstrasi, latihan ( drill), dan memberikan test.
2.4. Pendekatan Konseptual
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu :
a. Tahap Enaktif, yaitu melalui Pengenalan benda konkret. menghubungkan dengan pengalaman lama atau pengalaman baru, dan pengamatan, penafsiran tentang benda baru.contohnya
· Pengajar memperlihatkan barang-barang yang sering dipakai orang sehari-hari untuk menutup badan dan perlengkapannya. Pembelajar diminta mengamati dan menghubungkan dengan apa yang pernah dialaminya atau barangkali ada kreasi baru.
· Pengajar bertanya agar mendapat respons tentang barang-barang tersebut. Apakah kamu pernah mengenakan barang seperti ini jawabnya ya atau tidak. Apakah kamu pernah mengenakan barang seperti ini, jawabnya ya atau tidak. Apakah barang-barang ini sambil diperagakan, dipakai di badan, disebagian badan atau di seluruh badan serta dikaki, di tangan atau di leher, jawabnya “ ya atau tidak “.
b. Tahap Simbolik yaitu dengan memperkenalkan ; Simbol, lambang, kode, membandingkan antara contoh dan non contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Seta memberi nama, istilah, serta definisi. dimana pengajar memperlihatkan gambar tentang barang-barang yang ditunjukkan pada a dan b. Pembelajar menunjuk dan menyebut ciri-ciri khusus tiap-tiap benda tersebut, dan Pengajar bersama pembelajar memberi sebuah nama atau istilah. Gambar atau barang yang termasuk baju dan gambar atau barang yang bukan baju tetapi sebagai pelengkap. Pembelajar secara lisan dapat menyebut dengan nama dan definisinya.
c. Tahap Ikonik merupakan tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti ; Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
2.5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Secara garis besar strategi pemecahan masalah mengacu kepada model empat-tahap pemecahan masalah yang diusulkan oleh George Polya sebagai berikut.
1. Memahami masalah
2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
3. Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua
4. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh[
Selain itu, John Dewey juga mengemukakan tentang strategi pemecahan masalah dan gambaran pemecahan masalah, yaitu:
1. merumuskan masalah dengan jelas
2. menelaah permasalahan
3. merumuskan permasalahan secara jelas
4. memnghipun, mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
5. pembuktian hipotesis
6. menentukan pilihan pemecahan/keputusan
Langkah-langkah pemecahan masalah secara kelompok yang di kemukakan olehDavid Johnson dan Frank Johnson adalah sebagai berikut :
1. definisi Masalah
2. Diagnosis Masalah
3. Merumuskan Alternatif Strategi
4. Penentuan dan Penerapan susatu Strategi
5. Evaluasi Keberhasilan Strategi
Ciri-ciri pendekatan pemecahan masalah yaitu :
· diawali dengan masalah yang rutin dengan memilih masalah yang berkaitan dengan situasi nyata dalam kehidupan
· mempunyai penyelesaian yang berbeda
· mengembangkan sifat ilmiah seperti jujur, teliti, terbuka, propesional dan kerja keras mengaplikasikan pemahaman pengetahuan dalam kehidupan
2.6. Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan pandangan suatu nilai dan pada akhirnya siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan nlai tsb dalam keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kesepurnaan kehidupa, lingkungan, dan alam semesta.
2.7. Pendekatan Inkuiri.
Berikut merupakan penjelasan dari siklus pembelajaran pendekatan inkuiri:
a. Mengamati adalah Kegiatan mengamati objek-objek dan fenomena alam sekitar melalui pancaindera: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa atau pengecap. Informasi yang diperoleh dapat menuntun keinginan tahu, mempertanyakan, memikirkan, melakukan intepretasi tentang lingkungan, dan meneliti lebih lanjut.
b. Bertanya. Kegiatan dimana siswa mempunyai rasa keingintahuan yang mendalam yang diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang dipelajari.
c. Hipotesis adalah Kegiatan siswa memberikan jawaban sementara atas pertanyaan yang telah dibuat.
d. Mengumpulkan data adalah Kegiatan mencari informasi berupa data dari bahan atau materi yang diteliti atau dipelajari. Mengumpulkan data bisa melalui kegiatan observasi, misalnya membaca buku untuk memperoleh informasi pendukung.
e. Menganalisis data adalah kegiatan Mengolah data dan menyajikan data tertentu untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data pada penyajiannya dapat berupa tulisan, gambar, laporan, tabel, dan karya lainnya.
f. Menarik kesimpulan adalah Peringkasan atau hasil akhir dari proses analisis data.
2.8. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan nilai. (Conny Semiawan, 2002: 16). Pengajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan beberapa langkah, sebagai berikut:
1. Observasi. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok permasalahan.Pengamatan di sini diartikan sebagai penggunaan indera secara optimal dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap atau memadai.
2. Mengklasifikasikan. Kegiatan ini bertujuan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu.
3. Menginterpretasikan atau menafsirkan data. Dimana yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, diagram.
4. Meramalkan (memprediksi). Dimana hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan untuk meramalkan atau memperkirakan kejadian yang belum diamati atau kejadian yang akan datang. Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan pada hubungan logis dari hasil pengamatan yang telah diketahui sedangkan terkaan didasarkan pada hasil pengamatan.
5. Membuat hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu.Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal baru.
6. Mengendalikan variabel. Variabel adalah faktor yang berpengaruh.Pengendalian variabel adalah suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Hal ini tergantung dari bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.
7. Merencanakan penelitian / eksperimen. Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.
8. Menyusun kesimpulan sementara bertujuan menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan berdasarkan pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang lainnya.
9. Menerapkan (mengaplikasikan) konsep adalah menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau dalam menyelesaikan suatu masalah,misalnya sesuatu masalah yang dibicarakan dalam mata pelajaran yang lain.
10. Mengkomunikasikan bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalambentuk kata-kata, grafik, bagan maupun tabel secara lisan maupun tertulis.
Praktik pengajaran dengan PKP menuntut perencanaan yang sungguh-sungguh dan berkeahlian, kreatif dalam pelaksanaan pengajaran, cakap mendayagunakan aneka media serta sumber belajar. Jadi guru bersama siswa semakin dituntut bekerja keras agar praktik PKP berhasil efektif dan efisien.
Ilmu pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah di alam sekitar melalui proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam kurikulum 2006, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah melalui keterampilan proses.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk pendidikan.
Sementara itu Darmodjo dan Kaligis, (2002: 52) merinci keterampilan-keterampilan proses dalam pendidikan IPA itu meliputi :
1. Keterampilan mengobservasi ( membedakan, menghitung dan mengukur.
2. Keterampilan mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas dasar aspek-aspek tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan.
3. Keterampilan menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari pola hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
4. Keterampilan memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan dalam pengolahan data.
5. Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan menggunakan konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah dikenal.
6. Keterampilan mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang diteliti.
7. Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi penetapan masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis.
8. Keterampilan menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari pengolahan data.
9. Keterampilan menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke dalam perikehidupan dalam masyarakat.
10. Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis.
Surapranata (2004) mengemukakan berbagai bentuk penilaian yang dapat digunakan, khususnya dalam penilaian berbentuk kelas, yakni: Tes tertulis, Tes perbuatan, Pemberian tugas, Penilaian proyek, Penilaian sikap, da Penilaian Portofolio.
Adapun keunggulan pendekatan keterampilan proses adalah :
· Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
· siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari
· melatih siswa untuk berpikir lebih aktif dalam pembelajarann
· mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru
· memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Sedangkan kelemahan pendekatan keterampilan proses, dikemukakan oleh Sagala (2003:75), sebagai berikut:
1) Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyesuaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum, 2) memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya, 3) merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak setiap siswa mampu melaksanakannya.
2.9. pendekatan Sejarah
Siswa diajak untuk membaca buku atau mendengarkan informasitemuan-temuan IPA bukan untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnyapendekatan faktual dan pendekatan konseptual, pendekatan ini lebih menekankan penyampaian produk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan proses mendapatkantemuan tsb, namun tidak banyak melibatkan siswa dengan bagaimana proses konkret yang dilaluinya.
0 komentar:
Post a Comment