Monday, 26 August 2019

Sekolah Berbasis Teknologi, Kunci Hadapi Revolusi Industri

0 komentar
Datangnya era revolusi industri periode keempat ini harus kita sambut gembira. Terlebih di lingkungan pendidikan. Perlu kita sadari bersama, akar terjadinya revolusi industri yakni berasal dari pendidikan itu sendiri. Mulai pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi.

Beberapa persiapan sudah dilakukan lembaga pendidikan untuk menghadapi revolusi industri ini.  Beberapa aplikasi canggih sudah mulai diciptakan. Begitu juga dengan teknologi. Sebagaimana motor listrik yang diciptakan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) kemarin.

Berbicara tentang pendidikan di sidoarjo, memang bukan suatu hal yang mengejutkan. Sebab lembaga pendidikan di kota udang ini sudah mulai memperhatikan perubahan zaman saat ini. Terjadinya revolusi industri periode ketiga kemarin yaitu peralihan zaman dengan munculnya produk bernama "internet".

Bukti terjadinya revolusi industri periode keempat yakni dengan munculnya aplikasi-aplikasi baru yang lebih canggih lagi. Contohnya seperti gojek, grab dan banyak juga aplikasi yang mana dapat menghasilkan dolar sekalipun.

Memang perlu diwaspadai perubahan ini. Sebab dampak dari munculnya aplikasi baru tersebut sangat besar. Gojek yang hanya mengakomodir jasa ojek dengan aplikasi, mampu membumi hanguskan ojek pangkalan. Jika kita ketahui bersama ada yang namanya go-car atau grab, mereka mampu mengalahkan pasar taksi konvensional.

Jadi tidak salah. Meskipun taksi (blue bird) yang tergolong besar, ikut bergabung dalam perubahan ini. Jika tidak, siap menunggu waktu untuk merasakan beratnya bersaing dengan taksi berbasis aplikasi.

Dalam dunia pendidikan, kita perlu membuka mata. Para pendidik merupakan kunci dari perubahan ini. Seperti sekolah Islam di Sukodono, Sidoarjo. Dengan memakai brand "Kreatif", SDI Kreatif Mutiara Anak Sholeh istiqomah menjalankan pembelajaran dengan "Kreatif".

Tempat saya mengabdi ini benar-benar Kreatif dalam menghadapi perubahan. Menghadapi revolusi industri. Dalam tulisan Azrul Ananda di Happy Wednesday, ada cerita tentang pendidikan di Amerika. Di sana, pendidikan tingkat SMA, sudah diajari pembelajaran berbasis coding dengan menggunakan software Scrath.

Sedangkan program Scrath, di salah satu SD di Sukodono ini sudah diajarkan sejak kelas 2. memang program tersebut awal dari terciptanya film-film animasi. Jelas sulit pembelajaran berbasis coding. Tetapi menyenangkan. Hasil yang dibuat dari software Scrath tersebut juga dapat dikembangkan menjadi permainan. Salah satunya seperti Super Mario.

Selain itu, pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah itu juga terbilang modern. Sangat siap jika menghadapi era revolusi industri. Para siswa yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), kelak, mereka akan menjadi 'sebagai' pelaku perubahan era.

Coba kita ingat lagi pernyataan bung karno yang berbunyi: Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru beserta akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.
Pernyataan di atas bisa sedikit berubah maknanya di era ini. Jika makna "pemuda" saat itu setara dengan usia tingkat SMA/Mahasiswa, saat ini makna "pemuda" bisa diartikan dengan setara siswa tingkat dasar (SD/SMP).

Sebab siswa SD yang sudah mendapatkan pembelajaran berbasis teknologi, akan lebih mudah menciptakan aplikasi baru. Seperti pembelajaran TIK kelas 6 di sekolah Kreatif tersebut. Sebelum kelas 6. Ketika kelas 4 dan 5, TIK yang diajarkan oleh pendidik yakni tentang Corel dan Photoshop.
Hal ini disebabkan agar para siswa terbiasa berkreasi dengan aplikasi desain tersebut. Ketika kelas 6, siswa diberi materi 'Arduino'. Dalam situs resmi Ardino, disana dengan jelas didefinisikan bahwa, Arduino adalah sebuah platform open source elektronik yang mudah digunakan. Baiik dari sisi hardware maupun software.

Sedangkan Perangkat Arduino ( Arduino Board ) adalah sebuah hardware yang memiliki IC program yang telah di tanam boatloader Arduino. IC program ini lah yang akan mengontrol semua aktifitas dalah system control yang di desain. Baik Pembacaan sensor, Input output, komunikasi data antar Arduino dengan perangkat lain, Mengendalikan motor, stepper, servo dan lain lain.

Bertujuan menggali kreativitas siswa, para pendidik memberi target agar siswa bisa membuat produk yang bersumber pada micro controler. Sederhananya, para siswa membuat produk dengan berbahan lampu warna warni, yang mana nantinya akan menyala sendiri dengan program. Bergantian.

Ilmu ini merupakan dasar dari ilmu yang membuat menyala 'lampu rambu-rambu lalu lintas'. Selain itu, Arduino juga bisa dibuat produk sensor pintu otomatis. Produk ini sering kita jumpai di mall. Ketika ada pengunjung, pintu otomatis terbuka.

Dari sedikit contoh sekolah yang ada di Sukodono, Sidoarjo ini, saya berharap seluruh sekolah yang ada di Sidoarjo gembira dengan datangnya era ini. Era revolusi industri. Sudah saatnya produk baru berbasis aplikasi diciptakan.

Sudah saatnya tangan Kreatif para siswa menciptakan produk baru berbasis teknologi. Sudah menjadi kewajiban Dinas Pendidikan, mewadahi dan mengembangkan sekolah-sekolah berbasis teknologi.
Sebab tanpa adanya pembelajaran tentang teknologi yang cukup, berat untuk menjadi 'pelaku' di era revolusi industri ini.(Ary)

0 komentar:

Post a Comment