Monday, 26 August 2019

Langkah Pertama Mengokohkan Pondasi Bangsa (Siswa)

0 komentar
Berbicara tentang membaca merupakan sebuah aktivitas yang tidak asing  bagi masyarakat. Bahkan kegiatan membaca sudah diperkenalkan sejak usia dini. Dengan membaca, kemampuan berfikir manusia akan semakin terasah dan berkembang. Selain itu ilmu pengetahuan akan bertambah dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Terutama di zaman yang penuh dengan kecanggihan teknologi  ini.
Oleh sebab itu, membaca menjadi sebuah kebutuhan manusia agar dapat menghadapi persaingan di tingkat regional ataupun skala Internasional. Peserta didik tingkat Sekolah Dasar (SD), diaharapkan mempunyai pondasi yang kuat untuk siap menghadapi berbagai problem dalam kehidupan. Termasuk tantantangan perbedaan pendapat di lingkup sosial. Tidak jarang harapan yang sudah direncanakan mlintir jauh dengan kenyataan yang terjadi.

Kegiatan membaca yang terlihat mudah, ternyata tidak semua orang merasa nyaman dengan kegiatan tersebut. Khususnya pada generasi muda. Hal itu terbukti dari perpustakaan yang mulai sepi oleh pengunjung. Layanan internet yang seharusnya digunakan untuk membaca informasi-informasi positif, justru digunakan untuk kegiatan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan membaca. Seperti game online, melihat video, terlebih untuk mengakses hal yang berbau negatif.

Walaupun telah disadari akan pentingan membaca dari proses pembelajaran, namun output dari pembelajaran tersebut kurang mendapatkan perhatian yang sewajarnya. Padahal kegiatan membaca merupakan gerbang utama menuju dunia keterbukaan informasi yang penuh akan pengetahuan.

Melalui kegiatan membaca yang baik dan benar, proses memperoleh informasi dan pengetahuan akan memberikan gambaran sebuah pengetahuan bagi pembacanya. Dari problem di atas, terdapat berbagai masalah yang timbul sebagai akibat dari rendahnya kesadaran membaca. Oleh sebab itu harus mendapatkan perhatian khusus dan penanganan yang cakap. Agar aktivitas membaca tidak lagi menjadi aktivitas yang  membosankan. Terlebih jika menjadi budaya yang digemari oleh para siswa. Mengingat para siswa menjadi tonggak bertahannya suatu bangsa.

Pengetahuan yang dimiliki harus luas agar tetap dapat menjaga eksistensi bangsa Indonesia. Kendala lain yang perlu dibenahi budayanya yakni karakter seorang pendidik. Tidak sedikit para pendidik masih menganggap kegiatan membaca ataupun menulis itu sangat membosankan. Tugas utama seorang pendidik adalah untuk tetap memperkokoh pondasi siswa sadar akan pentingnya membaca.

Selain para siswa, aksi ini juga ditunjukkan untuk para guru di sekolah. Dengan pribahasa Jawa “Guru (digugu lan ditiru)”, atau bisa disebut “orang yang dipercaya dan diikuti” ini harus memberi contoh terlebih dahulu. Baik melalui berbagai kegiatan ataupun kebiasaan-kebiasaan yang langsung bisa berkorelasi dengan para siswa.

Dalam jurnal yang dihimpun dari beberapa hasil penelitian, ada tiga type orang yang terjun di dalam dunia pendidikan. Pertama yaitu seorang guru yang benar-benar menjadi seorang pendidik. Artinya guru tersebut sangat memperdulikan kefahaman para siswa terkait pelajaraan dari hasil kegiatan belajar mengajar. Kedua, guru yang benar-benar menjadi seorang pendidik dan selalu menciptakan karya atau inovasi-inovasi baru. Baik melalui penelitian ataupun kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan integritas guru dan pendidikan itu sendiri.

Hal ini sesuai dengan tema Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2016, yakni ”guru dan tenaga kependidikan mulia karena karya”. Hari yang ditetapkan oleh pemerintah pada tanggal 25 November ini bukan hari libur resmi. Melainkan dirayakan dalam bentuk upacara peringatan di sekolah-sekolah dan pemberian tanda jasa bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah.

Sedangkan type ketiga yakni guru yang bergerak di dalam birokrasi. Baik birokrasi lembaga ataupun birokrasi pemerintahan. Guru type ketiga ini biasa disebut tenaga kependidikan. Jika di skala pemerintahan yakni menteri atau kepala dinas pendidikan beserta jajarannya. Jika tiga type guru ini saling bekerjasama dengan baik. Maka generasi penerus bangsa ini akan berkualitas dengan kebijakan dan sikap yang berkualitas juga.

Perlu diketahui, berbagai unsur dapat mempengaruhi rendahnya minat baca. Mulai unsur fasilitas, budaya, dan unsur ketersediaan buku sebagai objek kegiatan tersebut. Selain itu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi yaitu faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa sendiri (malas), atau juga karena faktor eksternal atau faktor dari luar.

Beberapa faktor eksternal yang menjadi penyebab rendahnya minat baca yakni adanya mitos yang kurang mendukung. Banyak kalangan yang beranggapan kalau orang banyak membaca buku akan menjadi kuper. Hal ini menyebabkan jika seseorang hanya membaca akan tidak bisa bergaul dengan orang lain. Jadi ini dapat membuat jarak antara orang dengan buku-buku yang ada.

Selain itu ada juga karena lingkungan yang kurang mendukung. Apabila lingkungan tempat tinggal siswa tidak mendukung aktivitas membaca, maka siswa tersebut akan kesulitan untuk dapat menyukai aktivitas membaca. Minimnya bacaan dan mahalnya harga buku juga menjadi salah satu penyebab rendahnya minat untuk membaca. Bisa jadi keinginan seorang anak memiliki keinginan membaca yang cukup tinggi, tetapi keinginannya itu terbentur pada kenyataan yang minim akan buku bacaan.

Padahal masa-masa produktif otak yang dimiliki siswa SD sangat tepat untuk membentuk budaya-budaya positif. Rendahnya minat membaca akan mengakibatkan pada proses pembelajarannya. Siswa sangat kurang bisa memahami  jika tidak diiringi dengan membaca pelajarannya.

Fase-fase ini akan menambah kelabilan siswa yang secara otomatis akan bertambah usia. Hal ini akan sangat mudah untuk dipengaruhi oleh pemahaman–pemahaman yang negatif. Keterbatasan ilmu pengetahuan menjadikan anak memiliki dasar yang dangkal, dan tidak berkembangnya kreativitas.

Kreativitas akan muncul apabila seseorang mengembangkan pola berfikir serta tanggap terhadap lingkungan sekitar. Pengembangan pola berfikir ini diperoleh dalam kegiatan membaca. Pola fikir yang berkembang menjadikan tanggap terhadap lingkungan sehingga memunculkan ide-ide kreatif. Melalui action-action kreatif lah pendidikan sebagai kunci suatu bangsa bisa berkembang dengan baik. Dari situ juga lahir bibit-bibit berkualitas yang siap untuk menjadi pemimpin di Negara ini. (Ary)

0 komentar:

Post a Comment