Saturday, 9 April 2022

Prof Rhenald Kasali : Pendidikan Karakter di mulai dari Orang Tua

0 komentar


Dalam sebuah wacana yang di mulai khusus oleh Jawapost memberikan suatu gambaran asli tentang bagaimana sebuah pendidikan karakter begitu penting direncanakan sejak dini. Bagaimana tidak, orang tua yang setiap hari kita temui ternyata menjadi promotor utama dalam tema kali ini.

Prof. Renald Kasali, siapa tak kenal beliau.  guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tersebut merupakan salah satu pemerhati pendidikan di tanah air. Tulisan dan gagasan yang disampaikan sangat kental akan pendidikan di negeri ini. Tak terkecuali pendidikan karakter. 

Prof Rhenald sangat tertarik pada cerita dosen Unair yang tersebar di beberasa sosial media. Beliau merekam momen yang dia catat saat menerima seorang siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) yang mencari alamat. Dari Jogja, anak SLB itu ditugaskan gurunya mencari alamat di Surabaya. Itulah penentuan kelulusannya. Dosen tadi merekam momen itu yang menyebabkan kebahagiaan si siswa. Sewaktu didalami, pak dosen mencatat, anak itu tak boleh diantar, tak boleh pakai taksi atau becak. Harus cari sendiri walau boleh bertanya. Ya, seorang diri.

Terdapat  tiga orang hebat di balik kejadian tersebut. Pertama adalah gurunya yang punya ide dan berani ambil risiko. Bayangkan, ini siswa SLB dan kalau dia hilang, habislah karir pak/bu guru itu. Apalagi kalau dia anak pejabat atau orang berduit. Kata orang Jakarta, ’’bisa mampus’’. Saya sendiri yang menugaskan mahasiswa satu orang satu negara pernah mengalami hal tersebut.

Kedua, orang tua yang rela melepas anaknya belajar dari alam. Ya, belajar itu berarti menghadapi realitas, bertemu dengan aneka kesulitan, mengambil keputusan, dan berhitung soal hidup, bukan matematika imajiner. Belajar itu bukan cuma memindahkan isi buku ke kertas, melainkan menguji kebenaran dan menghadapi aneka ketidakpastian. Orang tua yang berani melepas anak-anaknya dan tidak mengganggu proses alam mengajak anak-anaknya bermain adalah orang tua yang hebat. Memercayai kehebatan anak merupakan awal kehebatan itu sendiri.

Ketiga, tentu saja si anak yang bergairah mengeksplorasi dan ’’membaca’’ alam. Anak-anak yang hebat adalah anak-anak yang berani keluar dari cangkangnya. Keluar dari rahim, dari selimut rasa nyaman, tidak lagi dibedong, digendong, atau dituntun. Berjalan di atas kaki dan memakai otaknya sendiri.

Namun, Bagaimana jika ketiga poin di atas tidak terjadi ? Prof. Rhenald menguraikannya sebagai barikut.

Yang akan terjadi adalah sebuah tragedi. Semakin kaya dan berkuasa, orang tua semakin ’’menguasai’’ anak-anaknya. Pasangan diatur dan dipilih orang tua, jurusan dan mata kuliah, bahkan siapa dosennya, lalu juga di mana bekerja. Ini sungguh sebuah kelas menengah yang sudah kelewatan.

Bahkan, begitu bekerja, kita menemukan sosok-sosok yang, maaf, ’’agak bodoh’’. Katanya lulusan universitas terkenal, IPK tinggi, tetapi sama sekali tidak bisa mengambil keputusan. Dan di antara teman-temannya, mereka dikenal sebagai sosok yang tidak asyik, sulit ’’linkage’’ atau mingle dengan yang lain.

Prof Rhenald membayangkan betapa rumitnya pesta pernikahan anak-anak yang orang tuanya seperti itu. Tanpa disadari, mereka membuat otak anak-anaknya kosong, terbelenggu, tak terlatih. Semua itu adalah otak orang tua, bukan otak anaknya.

Mantan wakil menteri PU Hermanto Dardak, sering mengajak anaknya ‘Emil’ ke luar negeri jika ada undangan seminar. Sesampai di kota, Emil ditugaskan jalan-jalan sendiri mengenal kota. Emil pernah menulis melalui WhatsApp yang di tujukan langsung pada Prof. Rhenal , ’’Saya beruntung punya orang tua yang kuat jantung dan beri kesempatan untuk membangun masa depan yang saya mampu jalani, meski berisiko.’’ Anda tahu, bupati muda ini meraih gelar doktor dari Jepang pada usia 22 tahun.

Perjalanan hari ini akan membentuk anak-anak kita pada hari esok. Penulis harap orang tua kelas menengah siap berubah. Janganlah khawatir berlebihan. Berikanlah kepercayaan dan tantangan agar mereka sukses seperti Anda. Sebab, rumput sekalipun, kalau tak tembus matahari, akan berubah menjadi tanah yang gundul.


Referensi :

http://www.jawapos.com/read/2016/07/05/37894/kalau-mau-anak-hebat-orang-tua-harus-berubah/

0 komentar:

Post a Comment